Jumat, 01 Januari 2016

Pergaulan di Luar Negeri

Ceritanya, kami berempat, Saya (Indonesia), Ball, (Thailand), Greena (Taiwan), Momo (China) jalan-jalan ke Youme Town, Mall terbesar di kota kecil tercinta kami, Saga. Kami jalan-jalan di mall sendiri-sendiri, karena saya gak begitu suka shopping (di Jogja aja gak begitu suka, apalagi di Jepang). Setelah selesai, kami berempat nongkrong sebentar di warung kopi terkenal milik Yahudi, alias Starbucks.

Karena hampir 100% tujuan orang ke warung kopi itu untuk ngobrol (dengan secangkir kopi yang gak habis2 diminum), kami pun demikian. Entah apa awal pembicaraan kami, mungkin dari konser L*dy Ga*a di asia tenggara, yang notabene dibatalkan di Indonesia, kemudian percakapan kami menjurus ke pergaulan anak muda.
Bisa disimpulkan, pergaulan di luar negeri itu amat terbuka, apalagi di Thailand. Dari obrolan itu, terkuak bahwa dalam status pacaran saja, mereka sudah berani melakukan hubungan suami istri. Dua diantara mereka mengakui, bahwa mereka pernah pacaran 3 kali, dan 2 diantaranya sudah melakukan hubungan tersebut. Masya Allah! Kata mereka, hal tersebut adalah lumrah! Dan karena saya bercerita bahwa saya belom pernah melakukan hal demikian, mereka bilang bahwa saya ini kasian sekali, weleh-weleh.
Pasangan Homoseksual juga sudah dianggap lumrah. Bahkan kaum tersebut dengan bangga mengakui status mereka sebagai seorang homo ke muka umum. Saya yang menentang pola pikir tersebut, mereka justru bilang: “Hey, open your mind!”. Duh Gusti, ini yg open minded saya atau mereka yg pikirannya tertutup.
Ini baru pergaulan di Asia, belom di dunia Barat yang bisa dikatakan lebih vulgar. Ternyata perang pikiran dari kaum Yahudi Zionis, Ghozwul Fikr (gak tau nulisnya gimana), yang berusaha merusak moral umat manusia sudah tampak jelas hasilnya. Tapi saya bersyukur tinggal di Indonesia dan mengenal indahnya Islam.
Sebuah catatan dari obrolan singkat di warung kopi Yahudi.
http://guntur.web.id/2012/05/pergaulan-di-luar-negeri/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar