Selasa, 15 Desember 2015

Penciptaan Hubungan menuju Generasi Insan damai kehidupan horizontal



   Pengertian insan damai dalam kehidupan horizontal
Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan sosial yang dilakukan individu merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan keberadaanya. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam hal apapun. Hubungan tersebut bukan hanya melibatkan dua individu, melainkan banyak individu. Hubungan antar individu tersebut akan membentuk hubungan sosial yang sekaligus merefleksikan terjadinya pengelompokkan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Pengertian hubungan sosial mengacu pada hubungan sosial yang teratur, konsisten, dan berlangsung lama. Hubungan tersebut terbagi menjadi dua kehidupan vertical dan kehidupan horizontal . Kehidupan horizontal adalah hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri :
a.       Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
b.      Berjiwa wirausaha
Sikap dan prilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenai produk baru, menentukan cara produk baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
c.       Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
d.      Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social dan karakter), Negara dan tuhan yang Maha Esa.
e.       Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
f.       Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
g.      Ingin tahu
Sikap tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
h.      Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
i.        Kerja keras
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
j.        Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
B.     Tujuan
Tujuan menciptakan insan yang bermanfaat dan menguntungkan bagi alam semesta dan makhluk hidup
C.    Langkah – langkah menuju insan yang damai dalam kehidupan horizontal
·         Saling menghargai antar sesama manusia
·         Saling menghormati
·         Berprilaku sesuai norma yang berlaku
·         Saling tolong menolong
·         Saling mengingatkan disaat ada yang melakukan kesalahan
D.    Ciri – Ciri insan damai dalam kehidupan horizontal
Berhati Lembut. Deskripsi Prilaku :
·         Sering berbuat baik terhadap sesama, biasa berbicara sopan dan menghindari sikap pemarah dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
·         Selalu rendah hati atau tawadhu, selalu menjaga keutuhan pergaulan baik di sekolah maupun di masyarakat, selalu menjaga sifat temperamental untuk keutuhan dirinya; biasa tekun dan sabar dalam melakukan sesuatu; dan belas kasih terhadap sesama makhluk hidup.
·         Selalu menjaga perilaku emosional dalam pergaulan; sering menolong dan membantu sesama dalam pergaulan; selalu berprilaku sopan dan tertib; tidak bertingkah laku sombong (tinggi hati) dalam pergaulan; dan selalu menghindari kata-kata kasar dalam berbicara.

3 Tugas Pokok Guru


1.Mengajar
Mengajar berarti menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Menjadikan siswa dari tidak mengetahui menjadi mengetahui tentang berbagai disiplin ilmu sesuai mata pelajaran masing-masing. Fokus utamanya adalah aspek kognitif (intellectual) siswa.  Mengajar dilaksanakan dengan berbagai strategi dan metode, serta media pembelajaran yang sesuai. Tugas mengajar ini dapat dilakukan oleh semua orang dewasa.
2.Mendidik
Tugas guru sebagai pendidik merupakan tugas yang boleh dikatakan agak rumit. Tugas mendidik berkaitan dengan sikap dan tingkah laku (afektif) yang akan dikembangkan pada  siswa. Mendidik berarti mengubah tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik.
Siswa dalam satu kelas akan memiliki berbagai karakter dan tingkah laku. Semua karakter tersebut akan dikembangkan dan diarahkan kepada karakter dan tingkah laku yang lebih baik. Hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan oleh seorang guru.
Mengembangkan karakter dan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik tidak bisa diajarkan melalui doktrin-doktrin. Yang diperlukan adalah keteladanan dan contoh-contoh yang baik dan nyata dari seorang guru. Konsekuensinya adalah guru perlu berkepribadian yang baik sesuai norma-norma yang berlaku.
3.Melatih
Tugas guru melatih siswa untuk memiliki sejumlah keterampilan dan kecakapan sesuai mata pelajaran masing-masing. Pada sekolah umum, maka keterampilan danm kecakapan yang dimaksud disini adalah keterampilan dan kecakapaqn dasar. Berbeda dengan sekolah kejuruan yang memberikan keterampilan dan kecakapan lanjutan

KUALITAS GURU DI INDONESIA



Salah satu masalah dalam dunia pendidikan adalah Rendahnya Kualitas Guru, keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006).

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS SISWA


  
Abstract
Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan kecerdasan dan kreativitas siswa. Metode kajian yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan.Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kecerdasan dan kreativitas siswa berhubungan erat dengan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Proses pembelajaran akan mampu meningkatkan kecerdasan dan kreativitas siswa apabila siswa diberikan kesempatan untuk berfikir, bukan hanya secara konvergen tetapi juga divergen. Dalam artian para siswa diberikan kesempatan untuk berpendapat, berfikir dan mengambil kesimpulan secara alternatif atas dasar pengamatan, pengumpulan data, klasifikasi, analisis, sisntesis dan evaluasi yang mereka lakukan. Sejauh ini, peningkatan kecerdasan dan kreativitas siswa yang dilakukan belum cukup memuaskan. Akibatnya, kecerdasan dan kreativitas siswa tidak dapat berkembang secara optimal. Guru yang dapat mengoptimalkan kecerdasan dan kreativitas siswa akan dapat memberikan modal siswa untuk dapat berdiri sendiri di masa depan.
.

PENDAHULUAN
Tantangan pembangunan nasional pada era globalisasi saat ini sangat unik dan kompleks. Pembangunan nasional tidak hanya dihadapkan pada persoalan bagaimana meningkatkan taraf hidup rakyat, namun juga dihadapkan kepada era globalisasi dalam berbagai bidang. Ciri utama pada era globalisasi ini adalah terjadi persaingan terbuka yang sangat ketat. Kekayaan sumber daya alam dari suatu negara bukan lagi merupakan unggulan utama untuk mampu bersaing. Kemampuan bersaing sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempersiapkan dan memiliki sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.
Sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas yakni SDM yang mampu menguasai dan mengembangkan kecerdasan dan kreativitas, berkepribadian, serta berketerampilan hidup. Dengan alasan pemikiran tersebut, kemampuan yang diperlukan dalam menghadapi era globalisasi dan informasi ini adalah kemampuan generasi muda yang memiliki kecerdasan dan kreativitas dalam Iptek, memiliki kepribadian dan keterampilan hidup. Generasi yang demikian akan bisa terwujud apabila semua orang di negara ini, khususnya para pendidik, berpartisipasi menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Tugas dan tangung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai kreteria yang telah ditetapkan, baik kreteria institusional maupun konstitusional. Ini berarti bahwa para pendidik memiliki tanggung jawab untuk memilkirkan bagaimana mengembangkan generasi muda (siswa) menjadi generasi bangsa yang memiliki kecerdasan dan kreativitas agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

KAJIAN TEORI
Pengertian Guru
Ahmad D. Marimba (2006: 38)mengemukakan bahwa Dalam proses pendidikan guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab membimbing anak didik menuju kepada situasi pendidikan. Sedangkan menurut Mulyasa (2006: 37) guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi para peserta didik dan lingkungannya, karena itulah guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Hamdani Ihsan (2001: 93) menambahkan bahwa guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, namun melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di bumi sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Peran guru adalah seperangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang disandangnya. Dengan kata lain, peran guru adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari seorang guru.
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuanmenalar,merencanakan,memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakanbahasa, danbelajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuankognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ.
Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada sebelumnya. Kreativitas menekankan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.
Peran Guru dalam Meningkatkan Kecerdasan dan Kreativitas Siswa
Persaingan atau kompetisi yang semakin ketat terjadipada era global saatini. Supaya bangsa ini tidak tertinggal dan menjadi penonton terhadap dinamika dunia ini maka kreativitas dan kecerdasan anak perlu dikembangkan. Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap peningkatankecerdasandankreativitassiswa. Itudikarenakan, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas.

PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kecerdasan dan kreativitas siswa berhubungan erat dengan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Proses pembelajaran akan mampu meningkatkan kecerdasan dan kreativitas siswa apabila siswa diberikan kesempatan untuk berfikir, bukan hanya secara konvergen tetapi juga divergen. Dalam artian para siswa diberikan kesempatan untuk berpendapat, berfikir dan mengambil kesimpulan secara alternatif atas dasar pengamatan, pengumpulan data, klasifikasi, analisis, sisntesis dan evaluasi yang mereka lakukan.
Apabila setiap guru memiliki komitmen melakukan proses pembelajaran yang demikian maka akan terjadi perubahan perilaku hasil belajar yang bukan hanya mengekor pendapat orang dan hasil pengamatan orang secara logis bahwa itu benar, namun para siswa akan benar-benar memilki kompentensi yang dipelajari secara kokoh sebagai dasar untuk berfikir lebih jauh dan berkreasi untuk memberikan alternatif pemikiran sebagai sesuatu yang baru dan itu bermanfaat bagi kehidupan di di masa depan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberi suatu sumbangan bermakna kepada Iptek, serta kesejahteraan bangsa pada umumnya. Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangankecerdasandan kreativitas siswa agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan berkembang pada zamannya.
Saran
Guru perlumelakukan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kecerdasan dan kreativitas. Apabila siswa diberikan kesempatan untuk berfikir, bukan hanya secara konvergen tetapi juga divergen. Maka, kecerdasan dan kreativitas siswa akan berkembang secara optimal.

DAFTAR RUJUKAN
Ahmad D. Marimba. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Almaarif

E. Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Rosda Karya

Hamdani Ihsan. 2001. Filsafat Ilmu pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

FILSAFAT PENDIDIKAN




A.    Filsafat Pendidikan
Bila dirujuk dari akar kata pembentuknya, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philo yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Dengan demikian, filsafat dapat diartikan sebagai “cinta kepada kebijaksanaan”.  Berfilsafat dengan demikian juga bertujuan hanya untuk mencari, mempertahankan dan melaksanakan kebenaran/kebijaksanaan atau ditujukan untuk kebenaran itu sendiri, berfilsafat tidak bertujuan untuk ketenaran, pujian, kekayaan, atau yang lainnya. Inilah yang kemudian dikenal dengan tradisi pemikiran filosofis Yunani yaitu suatu pemahaman atas “kebenaran-kebenaran pertama” (first truth), seperti baik, adil dan kebenaran itu sendiri, serta penerapan dari kebenaran-kebenaran pertama ini dalam problema-problema kehidupan. Namun dalam perkembangannya, pengertian ini banyak ditolak oleh filosof-filosof yang lainnya dengan lebih meyakini filsafat sebagai pemikiran “teoretik” secara keseluruhan daripada sekadar perhatian kepada petunjuk moral atau tingkah laku.
Untuk lebih membenantu memahami filsafat, tentunya dapat dilihat dari tugas filsafat yang paling mendasar yaitu untuk menemukan konsep-konsep yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam ilmu pengetahuan, lalu menganalisisnya dan menentukan makna-makna yang tepat dan saling berhubungan. Artinya, pengetahuan yang jelas dan akurat tentang sesuatu didahulukan atas hal-hal yang secara umum masih kabur. Ketiadaan pengetahuan yang jelas tentang arti dan hubungan-hubungan dari konsep-konsep yang kita gunakan, akan menjerumuskan kita kepada kekeliruan yang fatal dalam menghadapi persoalan-persoalan (masalah) tertentu. Selain itu, filsafat juga bertugas untuk membongkar secara kritis segala bentuk keyakinan-keyakinan yang kita miliki secara radikal, universal, konseptual, sistematik, bebas dan bertanggung jawab.
Beberapa definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filsuf berikut ini, mungkin akan lebih membantu untuk menafsirkan dan menjelaskan mengapa filsafat pendidikan dipelajari:
1)      Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini merupakan arti yang informal tentang filsafat. Filsafat dianggap sebagai sikap atau kepercayaan yang ia miliki.
2)      Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi. Pengertian filsafat ini merefleksikan bentuk atau tugas dari filsafat kritik, khususnya dalam mengkritisi keyakinan-keyakinan dalam kehidupan kita sehari-hari.
3)      Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Inilah yang menjadi tugas dari filsafat spekulatif dalam usahanya mentransendensikan pengalaman-pengalaman dan ilmu pengetahuan dalam visi atau gambaran yang komprehensif.
4)      Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan konsep. Pengertian ini termasuk dalam kategori kerja filsafat kritik sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa filsafat mempunyai tugas menganalisis konsep-konsep seperti substansi, gerak, waktu, dan sebagainya.
5)      Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Pengertian ini pada prinsipnya berada dalam pemikiran para filsuf dalam rangka menjawab berbagai problematika kehidupan dan tentunya terus berlangsung tanpa mengenal titik lelah (Widodo, 2007: 9)

Cabang-Cabang Filsafat
1)      Ontologi
Ontologi atau sering juga disebut metafisika (meta = melampaui, fisik = dunia nyata/fisik) adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat segala sesuatu yang ada, atau membahas watak yang sangat mendasar (ultimate) dari benda atau realitas yang berada di belakang pengalaman yang langsung (immediate experience).
Ontology berbicara tentang segala hal yang ada, pertanyaan-pertanyaan yang akan dibongkarnya tidak terbatas, misalnya apakah hakikat ruang, waktu, gerak, materi, dan perubahan itu? Apakah yang merupakan asal mula jagad raya ini? Dan lain sebagainya. Kaitannya dengan pendidikan, ontologi ilmu pendidikan membahas tentang hakikat substansi dan pola organisasi Ilmu pendidikan
2)      Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode, dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang mendasar adalah: Apakah mengetahui itu? Apakah yang merupakan asal mula pengetahuan kita? Bagaimana cara kita mengetahui bila kita mempunyai pengetahuan? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? Dan lain sebagainya. Dengan demikian, epistemologi membahas tentang hakikat objek formal dan material ilmu pendidikan
3)      Aksiologi
Aksiologi berbicara tentang nilai dan kegunaan dari segala sesuatu terkait dengan kaidah moral pengembangan penggunaan ilmu pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoretis dan praktis ilmu pendidikan
4)      Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat diambil kesimpulan yang benar. Dengan kata lain logika adalah pengkajian yang sistematis tentang aturan-aturan untuk menguatkan premis-premis atau sebab-sebab mengenai konklusi aturan-aturan itu, sehingga dapat kita pakai untuk membedakan argument yang baik dan yang tidak baik.
Logika dibagi dalam dua cabang utama, yaitu logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat dipergunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih, sedangkan logika induktif mencoba menarik kesimpulan tidak dari susunan proposisi-proposisi melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Logika ini mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju kepada pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak demikian, atau bergerak dari suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut