Berbicara mengenai kuliner khas
Betawi tentu tidak akan terlewat dengan sebuah penganan yang diberi nama kerak
telor. Makanan yang mungkin namanya diambil dari rupanya yang sedikit gosong
ini konon sudah ada ketika Jakarta masih bernama Batavia. Waktu itu di Batavia
masih banyak ditumbuhi pohon kelapa yang sebagian dimanfaatkan oleh penduduk
untuk berbagai macam keperluan. Salah satu diantaranya adalah dengan memarut
daging buahnya lalu mencampurnya dengan ketan, telur ayam dan beberapa bumbu
masakan kemudian dimasak sedemikian rupa sehingga penganan yang disebut kerak
telor.
Namun seiring dengan perkembangan
zaman, makanan yang dahulu selalu disajikan pada saat ada hajatan besar orang
Betawi ini mulai terpinggirkan oleh makanan cepat saji ala barat dan makanan
yang berasal dari daerah lain. Kerak telor di daerah Jakarta hanya dapat
dijumpai di beberapa tempat saja, seperti: obyek wisata Setu Babakan,
Jagakarsa, Jakarta selatan; Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat; Pekan Raya
Jakarta, Kemayoran, Jakarta Pusat; dan beberapa tempat lainnya di Jakarta
Timur, Jakarta Utara, dan daerah sekitar perbatasan Jakarta dan Bogor (Citayam,
Bojong).
Ironisnya lagi, pembuat kerak telor
pun sudah tidak didominasi oleh orang Betawi asli, melainkan orang Sunda yang
berasal dari daerah Bogor, Garut, dan Bandung. Hal ini terlihat ketika ada
Pekan Raya Jakarta atau yang kini berganti nama menjadi Jakarta Fair Kemayoran
yang diselenggarakan satu tahun sekali. Dari ratusan penjual kerak telor yang
ada di tempat itu mayoritasnya adalah orang Sunda, sedangkan orang Betawi asli
hanya berjumlah puluhan saja. Faktor utama penyebabnya adalah keengganan
generasi muda Betawi untuk belajar atau mewarisi keahlian membuat kerak telor
dari generasi pendahulunya.
Peralatan dan Bahan Pembuat Kerak
Telor
Peralatan yang digunakan untuk
membuat kerak telor adalah: wajan atau penggorengan, penutup wajan yang terbuat
dari seng atau stainless, sendok wajan, wadah plastik untuk mengocok telur,
sendok makan, dan kompor gas atau tungku berbahan bakar arang.
Sedangkan bahan-bahannya adalah:
telur ayam atau bebek, kelapa parut, bawang merah, lada, ebi (udang kecil yang
dikeringkan), beras ketan, cabe merah, kencur, jahe, merica, gula pasir, garam,
dan daun salam.
Proses Pembuatan Kerak Telor
Untuk membuat sebuah kerak telor
dapat dikatakan “gampang-gampang susah” karena memerlukan keahlian dan
ketepatan dalam mengkombinasikan sejumlah bumbu menjadi satu. Sebab, apabila
bumbu yang diracik kurang sempurna, maka hasilnya pun tidak akan enak atau
nikmat untuk disantap. Konon, aroma dan rasa kerak telor akan lebih mantap lagi
apabila disantap sesaat setelah diangkat dari penggorengan dan disajikan
bersama kopi pahit sebagai “temannya”.
Sedangkan proses pembuatannya adalah
sebagai berikut. Pertama, mencuci beras ketan agar kotorannya hilang lalu
direndam semalaman. Selanjutnya, kelapa diparut lalu dibumbui dengan garam dan
daun salam untuk dibuat serundeng yang warnanya agak kecoklatan. Setelah itu,
menumbuk ebi (udang kering) hingga halus seperti bubuk kopi.
Apabila bahan-bahan diatas telah
siap, maka tahap selanjutnya adalah memasak beras ketan yang dicampur dengan
telur, ebi, kelapa parut, bawang merah, lada, cabe merah, kencur, jahe, merica,
gula pasir dan garam hingga warnanya agak kemerahan. Setelah mengering dan
bagian bawahnya mengerak, adonan dibalik dan dihadapkan langsung pada bara api
tungku agar menghasilkan paduan rasa yang eksotik karena rasa kerak telor akan
menyatu dengan aroma asap yang berasal dari arang. Dan, setelah matang dan
diangkat dari penggorengan, kerak telor dapat disajikan dengan taburan bawang
goreng dan serundeng.
Sebagai catatan, apabila dijual
kerak telor biasa dibandrol dengah harga berkisar antara Rp.7.000,00 hingga
Rp.15.000,00, bergantung pada jenis atau jumlah telur yang dipesan. (ali
gufron)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar