What’s Wrong With Me
“Pagi, Von,” sapa Farrel. “Lagi apa, sih? kayaknya fokus banget.”
“gue lagi ngerjain makalah biologi, nih, harus dikumpulin hari ini. Ugh!” gerutu Ivone.
“Oh, mau gue bantu? Kelas gue sih udah ngumpulin makalah dari minggu kemaren.” ujar Farrel.
“Kelas gue emang telat, soalnya minggu kemaren kan tanggal merah, oh,
ya, gimana kabar gebetan baru lo, siapa namanya? Carol, ya?” tanya
Ivone.
“Oh, Carol, ya, gitu, baik-baik aja, kok, kenapa?” tanya Farrel.
“Maksud gue gimana kabar hubungan kalian, kapan jadinya?” kata Ivone.
“Oh, ada deh, lo kepo, deh, hahaha.” jawab Farrel sembari tertawa.
“Lo jahat banget sama gue, kita, kan, udah sohib dari kecil.” gerutu Ivone.
“Iya, gue tahu, cuma gue lagi males ngebahas ini. Lah lo sendiri gimana sama si berandal?” tanya Farrel.
“Berandal? Maksud lo? Rico? Hahaha, ya, gue rasa dia emang pantes ngegantiin posisi Albert.” jawab Ivone sambil berseri-seri.
“What? Kalian emang udah jadian?” tanya Farrel penasaran.
“gak, hampir. Feeling gue dia bakal nembak gue satnight nanti.” jawab Ivone.
Farrel langsung diam seperti habis kesamber geledek.
“Woi, kok, malah diem? Tadi nawarin bantuin, eh, sekarang malah
diem.” tanya Ivone. Yang ditanya masih membisu, sepertinya sedang
melamun.
“Farreeell!!” teriak Ivone di depan telinga Farrel.
“Astaga, Ivone! Apaan, sih, lo teriak-teriak depan kuping gue?”
“Abis lo malah bengong.”
“Sorry gue harus ke kelas sekarang.” ujar Farrel lalu pergi.
“Farrel!! Dasar cowok, aneh!” gerutu Ivone.
Sampai di kelasnya, Farrel duduk di bangkunya dengan muka cemberut. Hal ini membuat teman-temannya bingung.
“Rel, lo kenapa?” tanya Jackson.
“Iya, datang-datang muka cemberut kayak ketiban sial” timbrung Sonny.
“Udah, kalian pergi sana, gue lagi pengen sendiri!” usir Farrel.
“kalau lo punya problem ceritalah ke kita, siapa tahu kita bisa bantu
lo, jangan dipendem ntar lo malah jadi stress sendiri.” ujar Sonny.
“RT banget, deh, Son!” sambung Jackson.
Bener juga, batin Farrel. Akhirnya Farrel menceritakan semua uneg-unegnya pada sahabatnya.
“Hmm, gue rasa lo jatuh cinta sama si Ivone!” sahut Jackson.
“Iya, bener tuh kata Jack.”
“Masa, sih? Selama ini gue anggep Ivone adik gue sendiri, ya, kalian
tahu sendiri gue tuh anak tunggal, gue pengen punya adik cewek yang bisa
gue lindungin, terus dateng deh Ivone masuk ke hidup gue. Kebetulan
lagi bokap nyokap gue sama bokap nyokap Ivone udah saling kenal, deket
pula. Tapi gak tahu kenapa gue suka jealous kalau lihat Ivone deket atau
cerita soal cowok depan gue.” cerita Farrel.
“gue, kan, pernah bilang persahabatan antara cewek cowok tuh
mustahil! Pasti kalau nggak ceweknya ya cowoknya yang jatuh cinta.” kata
Sonny.
“Bener banget, tuh, kata si Sonny. Ya, kalau emang lo suka sama Ivone,
kejarlah dia! Kita bakal bantuin lo, kok. Lagian gue lihat kalian tuh
cocok lagi jadi pasangan! Yang satu cantik yang satu ganteng, udahlah
kalian tuh klop!” sahut Jackson.
“Terus soal Rico gimana?” tanya Farrel.
“Ya, lo harus lebih cepet dari dia! Kesempatan emas hanya datang sekali
dan kesempatan kedua nggak bakal seindah kesempatan pertama! Remember
it, Farrel Hartanto Tjong!” teriak Sonny.
“Gila, hari ini Sonny kece badai!” sahut Jackson sambil tepuk tangan.
“Dari dulu kali, Jack,” jawab Sonny, “So?”
Farrel bangkit dari kursinya. “gue bakal berjuang buat dapetin Ivone Christine!”
Ivone duduk di kelas sambil BBMan sama Rico. Tiba-tiba Jackson datang menghampirinya.
“Sibuk BBM-an aja, nih, sama siapa sih? Kayaknya seru”
“Jackson! gue kira siapa, hahaha kepo lo, mau tahu aja apa mau tahu banget?” tanya Ivone sambil menjulurkan lidahnya.
“Pengen tahu banget, lah, sama Rico ya?”
“Yoi, hehehe, nah tuh udah tahu, by the way ada apa? Tumben gak sama Farrel.”
“Farrel lagi pdkt, Sonny jajan sama pacarnya, ya, gini nasib jomblo”
“Hahaha, makanya cari cewek! Tunggu, tunggu, Farrel lagi pdkt? Maksudnya? lagi sama Carol?”
“Yups, kenapa? Cemburu yaa?”
“Ih, nggak lah, justru gue seneng tandanya dia udah bisa buka hatinya buat cewek lagi setelah kepergian Mikha.”
“Oh, emang lo nggak takut kehilangan Farrel?”
“Emang Farrel mau ke mana? kalau satnight gak akan jauh dari sini juga, kan?”
“Maksud gue kehilangan dia, gimana ya, kan kalau dia udah punya pacar
pasti dia bakal lebih sering ngurusin Carol dibanding lo, adiknya. Ntar
kalau lo mau curhat atau minta tolong Farrel pasti dia bakal cuek.”
“Ngga lah, gue tahu banget Farrel. Dia gak akan pernah bisa cuek sama gue. Udah ah lo ganggu gue aja, sono sono!” usir Ivone.
“Huh dasar cewek.” gerutu Jackson sambil pergi.
Setelah Jackson pergi Ivone mikir-mikir soal perkataan Jackson tadi.
Bener juga, batin Ivone. Farrel kalau udah fokus sama satu hal, dia gak
akan peduliin hal lain. Terus gue harus gimana? Ah, kok, gue jadi
kehasut sama omongan Jackson sih? What’s wrong with me?
—
Pagi hari selesai mandi, Ivone langsung mengenakan seragamnya. Baru
jam 6, batinnya. Tiba-tiba BB-nya bergetar. Ternyata ada telepon dari
Rico.
“Morning, beb.” sapa Rico.
“Morning too, wait, beb? Maksud lo? Inget kita belum pacaran!” jerit Ivone.
“Sorry, hehehe, bentar lagi gue bakal resmiin hubungan kita, beb, eh,
Ivone. Hari ini gue jemput, ya, kita ke sekolah bareng, oke?”
“Oh, o…”
Tiba-tiba mama Ivone memanggil dari pintu kamar.
“Ivone! Farrel ada di bawah, tuh, katanya jemput kamu supaya ke sekolahnya bareng, kamu jangan lama-lama, ya.” sahut Mama.
“Oke, Ma,” jawab Ivone. “Sorry, lain kali aja, ya, Farrel udah jemput gue.”
“Hmm, gue kalah cepet ternyata” jawab Rico. Terdengar nada kecewa.
“Sorry banget, lo mau maafin gue, kan?”
“Oke, gue ngerti, kok.”
“Thanks, Co.”
Setelah menutup teleponnya dengan Rico, Ivone langsung turun ke lantai bawah.
“Pagi, Von.” sapa Farrel.
“Pagi juga, tumben ngajak ke sekolah bareng gak bilang-bilang dulu.”
“Emang harus, ya? Kayaknya biasanya juga gak usah.”
“Tadinya gue mau berangkat sama Rico, eh lo udah di sini.”
“Jadi, gara-gara Rico doang lo ngambek sama gue?”
“Bukan gitu, Rel, cuma bukannya lo lagi pdkt sama Carol? Kok gak jemput dia gitu. Lo kan tahu gue lagi pdkt sama Rico.”
“Sorry kalau gitu, lain kali gue gak akan jemput lo lagi.”
“Rel”
“Udah cepetan naik, anggep aja ini terakhir kalinya lo naik motor gue.”
Ivone naik ke motor Farrel. Dan Farrel langsung membawa motornya ke
sekolah mereka. Sampai di sekolah Farrel memakirkan motornya lalu
langsung pergi meninggalkan Ivone. Ivone hanya diam sambil berjalan ke
kelasnya.
Sejak kejadian itu Farrel gak pernah SMS, chatting, BBM Ivone lagi.
“Farrel kenapa sih kayak anak kecil banget,” batin Ivone. “Tapi gue juga
salah, sih, kata-kata gue waktu itu pasti bikin Farrel sakit hati. Duh
udah 3 hari dia gak hubungin gue. Sehari gak ada Farrel tuh kayaknya
sepi banget hidup gue. Mungkin gue yang harus minta maaf duluan, ini kan
gara-gara gue. Ah, mending sekarang gue ke rumahnya.”
Sampai di rumah Farrel, Ivone disambut Mama dan Papa Farrel. Jarak rumah mereka cukup dekat, hanya 200 meter.
“Hallo, Ivone! Udah lama, ya, Ivone gak main ke sini.”
“Iya, Tan, hehehe.”
“Pasti mau ketemu Farrel, ya? Farrelnya baru aja pergi tadi.”
“Pergi? Ke mana, Tan?”
“Ngga tahu, deh, nggak bilang soalnya.”
“Oh, gitu, ya, Tan, kalau gitu aku pulang aja, deh, malem, Tante, Oom.” pamit Ivone.
Sampai di kamarnya Ivone terus mikirin Farrel.
“Ke mana, ya, dia, batin Ivone. Apa ke rumahnya Carol? Ih, awas aja
kalau iya! Kayaknya gue telepon Sonny ato Jackson aja, pasti mereka tahu
Farrel ke mana.” kata Ivone sambil meraih BlackBerry miliknya. Yang
pertama Ivone telepon Sonny, tapi gak diangkat-angkat. Jadi Ivone
langsung telepon Jackson, langsung diangkat.
“Hallo, Von, ada apa nelepon gue? Tumben.”
“gue mau nanya nih, lo tahu ga Farrel lagi ada di mana sekarang?”
“Farrel? Emang lo gak dikasih tahu sama dia? Tadi sih bilangnya mau ke rumah Carol.”
“What? Ke rumah Carol?? Caroline Angeline?”
“Iyalah, Ivone Christine, emang Carol yang mana lagi?”
Ivone langsung menutup teleponnya. Dia banting hapenya ke kasur.
“Sh*t!!!” teriak Ivone.
“Mantep, Bro, mission complete!!” sorak Jackson.
“Kayaknya Ivone cemburu, tuh.” sahut Sonny.
“Beneran, Jack, tadi dia kayak gitu?” tanya Farrel penasaran.
“Iye, ngapain gue boong. Kata gue lo terus jangan hubungin dia, biar dia yang minta maaf.” ucap Jackson.
“Yoi, kalau lo kangen sama dia lihat aja fotonya, tahan buat gak ngehubungin dia untuk sementara.” sahut Sonny.
“Sip, guys, thanks berat buat kalian!!”
Sudah 4 hari Farrel tidak menghubungi Ivone. Sekarang hari Sabtu.
“Biasanya dia ngajak gue jalan,” batin Ivone. “Duh, gue harus
bener-bener bertindak! gue harus minta maaf sama Farrel!!” batin Ivone.
Ivone berencana mengajak Farrel nonton di bioskop, kebetulan di kota
mereka baru aja keluar film terbaru kesukaan Farrel, kesempatan emas
buat Ivone. Jadi bisa buat sarana minta maaf. Ivone langsung meraih
BlackBerry miliknya, menelepon Farrel.
“Farrel,”
“Hmm.”
“Kok, lo gak pernah hubungin gue lagi? Ngambek sama gue, ya?”
“Menurut lo?”
“Sorry, deh, Rel, maafin gue, dong.”
“Hmm.”
“Ntar satnight nonton, yu? Tuh, film kesukaan lo udah ada di bioskop,
gue deh yang bayar tiketnya, anggep aja sebagai tanda minta maaf gue
sama lo, bisa kan, Rel?”
“Emang lo gak jalan sama Rico?”
“Enggalah, Farrel, kok lo ngomongnya gitu? Apa jangan-jangan lo tadinya mau nonton sama Carol??”
“Rencananya, sih,”
“Rese!!!” Batin Ivone.
“Gak boleh!! Pokoknya ntar satnight lo harus nonton sama gue!! gue jemput jam 6.”
“Ivone! Ivone! Kok ditutup sih??”
Malamnya jam 6 Ivone datang ke rumah Farrel. Mereka langsung menuju
bioskop di kota mereka. Sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam.
Tiga puluh menit kemudian sampailah mereka di tempat tujuan.
“Von, udah gue aja yang beli tiket, gue yang bayar.”
“Gak, yang ngajak nonton kan gue.”
“Udah pokoknya lo diem di sini, jangan ke mana-mana!”
Farrel melangkah ke tempat pembelian tiket, sedangkan Ivone menunggunya
di tempat duduk antrean. Saat Farrel mengantri, ia melihat Rico bersama
seorang perempuan masuk ke food court di sebelah bioskop.
“Itu kayak si Rico. Hmm, harus gue laporin, nih, ke Ivone. Dasar play boy cap kucing!”
Selesai membeli tiket, Farrel mengajak Ivone ke food court tempat Rico dan selingkuhannya makan.
“Von, filmnya dimulai 30 menit lagi, makan dulu, yuk, di sana, laper, nih.”
“Hmm, ya, udah, deh, yuk.”
Mereka berjalan ke arah food court. Saat depan pintu masuk, Ivone bertabrakan dengan cewek yang ternyata pacarnya Rico.
“Sorry.” ucap Ivone sopan.
“Makanya kalau jalan lihat pake mata! lihat, nih, minuman gue tumpah! Untung gak kena baju gue.” sahut cewek marah-marah.
“gue kan udah minta maaf, lagian lo yang salah, jalan sambil BBMan, dasar cewek gak tahu adat!!”
“Eh, malah nyalahin gue lagi, dasar!!” ucap cewek itu lalu menjambak
rambut Ivone. Ivone langsung sigap menarik rambut cewek itu juga.
Akhirnya mereka jambak-jambakan, Farrel melerai mereka tapi percuma,
hasilnya nihil!
“Von, udah, dong, berhenti!!”
Mereka terus jambak-jambakan dan baru berhenti setelah Rico datang dari toilet.
“Fanya! Kamu ngapain?”
Saat Rico datang, mereka saling melepaskan rambut musuh mereka. Dan Ivone histeris melihat Rico. Begitu halnya dengan Rico.
“Rico?”
“Ivone?”
“Beb, kamu kenal cewek garang ini? tahu nggak sih tadi dia numpahin soft drink aku, bukannya minta maaf eh malah marah-marah.”
“Heh, Ivone tadi udah minta maaf apa lo nggak denger??” kata Farrel angkat bicara.
“Siapa dia?” tanya Ivone sinis.
“Ini Fanya, dia..”
“Kenalin, Fanya Natasha, pacarnya Rico.”
“Fanya..”
“Emang bener kan beb, udahlah jangan ditutupin terus.” ucap Fanya sambil menyentuh pipi Rico.
“Rel, kita pergi aja.” ajak Ivone lalu pergi meninggalkan Rico dan Fanya.
“Von! Ivone! Tunggu!” teriak Rico mengejar, tapi ditahan Fanya.
“Siapa, sih, dia? Udah ah yu, kita ke mall.”
Akhirnya Fanya dan Rico pergi meninggalkan bioskop menuju mall,
sementara Ivone dan Farrel meninggalkan biskop dan membatalkan acara
mereka.
“Von,”
Ivone hanya diam, sementara Farrel menyetir mobil. Sepanjang perjalanan
Ivone hanya diam, walau Farrel sudah mengajaknya bicara. Sampai akhirnya
mobil mereka berhenti di jalan yang sepi.
“Kok berhenti?” tanya Ivone.
“Lo pikir gue supir? Harus nyetir sementara bosnya dieem mulu?” gerutu
Farrel. “Udah lo yang ngajak gue nonton eh lo juga yang cancel acara
nonton kita.”
“Sorry, lain kali deh nonton lagi. Gue lagi males ngomong.” jawab Ivone.
“Gara-gara Rico ternyata udah punya pacar? Aneh gue sama cewek, cowok
brengsek kayak gitu aja dipikirin, tapi yang lebih baik dicuekin.” Sahut
Farrel.
“Bener juga, kenapa gue harus galau gara-gara cowok brengsek kayak Rico? Hmm thanks, yah, Rel.”
“Masama, Von, gue gak akan pernah biarin adik gue tersayang sedih gara-gara cowok kayak begituan.”
“Ya udah jalanin lagi mobilnya.”
“Iyaa, kalem dong.”
Saat Farrel menstarter, mobil tidak bereaksi apa-apa.
“Ugh, kenapa lagi ni mobil?”
“Mogok kayaknya, Rel, coba lo check dulu.”
Farrel ke luar lalu check keadaan mobilnya, ternyata ada sedikit masalah
dengan mesin mobilnya. Ivone ikut ke luar menyusul Farrel.
“Ada problem?”
“Ada, di bagian mesin. Lo tunggu aja di dalem, udah malem ntar lo kedinginan.”
“gue udah gede bentar lagi mau keluar SMA, gue bukan anak kecil, Farrel, lagian males sendirian di mobil.”
“gue sayang sama lo, Von, gue cuma gak mau lo sakit.”
“Iya gue ngerti, tapi gue pengen di luar, ya?”
Sepuluh menit berlalu mesin belum juga beres diperbaiki. Tiba-tiba hujan
deras turun dari langit. Farrel dan Ivone langsung masuk ke mobil.
“Yaelah, pake hujan segala, gede lagi ujannya.”
“Rel, gue takut.”
Ivone punya trauma saat hujan besar. Saat itu Ivone sendirian di rumah,
tiba-tiba hujan besar membuat listrik di rumahnya mati semua. Sejak saat
itu Ivone takut hujan besar dan kegelapan.
“Tenang, Von, gue ada di sini, gue ada buat lo. Gue gak akan tinggalin lo.”
Tiba-tiba petir menggelegar. Ivone spontan memeluk Farrel sambil menjerit ketakutan.
“Rel, aku takut.” ucap Ivone sambil terisak-isak.
“Aku ada di sini, kamu gak usah takut, aku gak akan pernah ninggalin
kamu.” sahut Farrel sambil membalas pelukan Ivone. Ivone mulai merasakan
nyaman, ketakutannya mulai hilang, dan beberapa lama kemudian Ivone
tertidur di pelukan Farrel.
“Saranghaeyo.” ucap Farrel sambil mencium kening Ivone.
Ivone terbangun dari tidurnya pukul 10.00. Saat terbangun ia kaget, karena ternyata dia sudah ada di kamarnya.
“Kok aku bisa di sini?” tanya ivone pada sang Mama.
“Jam 01.00 Farrel nganterin kamu ke sini, sayang. Dia bilang mobil mogok
jadi telat nganterin kamu pulang. Ya ampun dia basah kuyup banget.”
ujar Mama Ivone.
“Emang di sini gak hujan, Ma?”
“Ujan, sih, sampe jam 04.00.”
“Astaga, Farrel!! kalau dia sakit gimana? Aku sekarang ke rumahnya, ya, Ma, mau lihat keadaan Farrel.”
“Iya, hati-hati.”
Ivone langsung bergegas ke rumah Farrel. Sampai sana Ivone disambut Mama Farrel.
“Farrelnya ada, Tante? Gimana keadaannya?” tanya Ivone.
“Ada, tadi dia masih tidur. Pulang jam 01.00. Kamu ke kamarnya aja, Von,
tadi sih ada juga anak perempuan nyariin dia, tante suruh samperin
Farrel.”
“Perempuan? Jangan-jangan, Carol!!” batin Ivone. S*it!!
Ivone langsung berlari ke kamar Farrel. Dibukanya pintu kamar Farrel
dan ia melihat Carol sedang mengusap-usap pipi Farrel, sementara Farrel
masih tertidur.
“Rel, apa bener kamu cinta sama aku? kalau aku, aku sangat mencintai
kamu, Rel. Kamu beda sama cowok-cowok yang lain. Kamu selalu bisa
ngebuat aku nyaman di samping kamu. Kamu bisa ngebuat aku galau mikirin
kamu, kamu ngebuat aku ketawa lihat tingkah konyol kamu, kamu bisa buat
aku tersenyum lihat wibawa kamu sebagai cowok. Seandainya aku punya
kesempatan buat memiliki kamu, gak akan pernah aku lepasin kamu dari
hidup aku, Rel.” ujar Carol.
Ivone sangat terharu mendengar kata-kata Carol, karena hal itu juga
dirasakan olehnya. Farrel adalah cowok yang bisa membuat setiap cewek
yang ada di dekatnya merasa nyaman. Dia juga orang yang sangat setia,
seumur hidupnya aja baru pacaran sekali. Mikha Regine adalah cewek
beruntung yang bisa menempati posisi pertama sebagai kekasih Farrel.
Hubungan mereka berlangsung cukup lama, 1 tahun 8 bulan. Hubungan mereka
berakhir karena maut memisahkan mereka.
Mikha mengalami kecelakaan pesawat saat berkunjung ke rumah neneknya
di luar negeri. Kepergian Mikha membuat Farrel sangat terpuruk untuk
beberapa waktu lama. Sampai sekarang belum ada yang menggantikan posisi
Mikha sebagai kekasih Farrel. Dan Ivone entah mengapa gak rela kalau
posisi Mikha digantikan Carol. Carol kalau sama cowok nempel sana-sini,
cowok jenis apa juga dideketin. Ivone yakin Carol bukan orang yang
pantas buat Farrel, apalagi menggantikan posisi Mikha. Akhirnya tanpa
pikir panjang Ivone masuk ke kamar Farrel hendak mengusir Carol.
“Ngapain lo di sini? Cewek kok masuk kamar cowok? Gak tahu diri banget lo jadi cewek! Pergi lo dari sini!”
“Lo sendiri? Ngaca dong kalau ngomong! Terserah gue dong, lagian nyokap
Farrel sendiri yang ngijin gue masuk. Lo siapa? lo gak ada hak buat
ngusir gue!”
“Lo gak tahu apa pura-pura gak tau? gue tuh udah bagian dari keluarga
Farrel dan Farrel juga bagian dari keluarga gue! Jadi gue berhak buat
ngusir lo dari sini! Pergi lo sekarang!”
“kalau gue gak mau gimana? gue mau pergi kalau Farrel udah ngusir gue!”
“Dasar cewek gak tahu diriii!!!” jerit Ivone lalu menjambak rambut
Carol. Carol tak hanya diam tapi menjambak balik rambut Ivone. Farrel
yang merasa terganggu akhirnya terbangun dari tidurnya dan kaget melihat
ada Ivone dan carol di kamarnya.
“Carol!! Ivone!! Ngapain kalian di sini? Pake acara berantem lagi, kalau mau berantem sana di monas jangan di kamar gue!!”
“Rel, nih cewek kegatelan gak mau pergi dari sini.”
“Jaga mulut lo yah lo yang kegatelan!”
“Lo!”
“Lo!”
“Stop!! Kalian apa-apaan sih berantem di rumah orang? lo ngapain ke sini, Rol?”
“Ada something yang harus gue omongin, penting. Bisa lo usir ade lo ini?”
“Jangan-jangan Carol mau nembak Farrel?” batin Ivone. “Ini gak bisa dibiarin!!”
“Yaelah langsung aja ngomong emang kenapa kalau gue dengerin kalian? Gak boleh? gue gak akan ember kok.”
“Ini masalah pribadi gue. Gue cuma pengen ngomong empat mata sama Farrel. Rel, bertindak dong.”
“Hmm, Von, bisa keluar? Cuma bentar kok ntar udahnya Carol bakal pulang, ya kan Rol?”
“Yups, tuh dengerin kata Farrel.”
“Aku gak mau!”
“Von, please.”
Ivone gak tega lihat ekspresi Farrel. Lagi pula Farrel kan emang suka
sama Carol. Astaga Ivone, what’s wrong with me? Apa ini namanya
cemburu? batin Ivone.
“Oke, gue tunggu di luar.” kata Ivone lalu pergi.
Ivone pergi ke taman belakang yang ada di rumah Farrel. Di tempat ini
biasanya Ivone dan Farrel ngobrol, cerita-cerita atau kegiatan lain.
“Apa sih yang ngebuat Farrel jatuh cinta sama rang kayak Carol? heran
gue, pinter gak bego iya,” batin Ivone. Carol memang berbeda dengan
Farrel. Carol orang yang bisa dikategorikan sebagai siswa yang bodoh.
Raportnya selalu merah, kerjanya cuma dandan sama godain cowok.
Pakaiannya selalu mengundang gairah pria, seksi kata cowok-cowok di
sekolahnya.
“Apa itu yang ngebuat Farrel suka sama Carol? masa iya sih? Oh my God, kayaknya aku jatuh cinta sama Farrel!!”
Tiga puluh menit Ivone menunggu dengan sabar, akhirnya Farrel datang menghampirinya.
“Udah beres ngobrolnya?”
“Udah, kok dingin gitu nanyanya.”
“Suka-suka gue! Kalian ngomongin apa sih sampe gue harus diusir segala.”
“Sesuatu deh. Kalau gue kasih tahu sama aja bohong.”
“Nyebelin yah lo! Udah ah gue mau pulang aja! Urusin aja tuh cewek baru lo!”
“Von! Wait! Kok gitu ngomongnya? Cemburu yaa?”
“What? Cemburu? geer banget lo!”
Udah tahu nanya! Dasar nyebelin!!
“Iya deh, gak apa-apa gak ngaku juga hahaha jangan jealous gitu dong, jelek tahu.”
“Ya udah kalau lo gak mau gue jealous sekarang anterin gue jalan-jalan!”
“Siap!!”
Senangnya hari ini bisa jalan-jalan berdua sama Farrel, gue harap
waktu bisa berhenti di sini. Gue gak mau kehilangan Farrel, gue sadar
dia yang Tuhan kirim buat jadi pangeran gue. God, i’m so happy now!!
Seneng deh bisa lihat Ivone ceria lagi. Hmm apa dia udah punya perasaan
yang sama kayak yang gue rasain? Von, gue sayang sama lo, gue bakal
jagain lo, gue mau jadi pangeran lo yang akan ngebuat lo bahagia!!
Hari ini Ivone pergi ke sekolah bersama Farrel. Sampai di sekolah
mereka ke kelas masing-masing. Wajah Ivone maupun Farrel entah mengapa
hari ini berseri-seri. Hal ini membuat para sahabat mereka bingung.
“Ivone? lo kenapa?” tanya Jessie.
“Iya, nih, Ivone ada apa sih? Pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri.” tanya Aurel.
“Emang harusnya gimana? Galau? Nggak banget deh!” seru Ivone.
“Ada apa nih Rel pagi-pagi senyum-senyum bahagia?” tanya Jackson.
“Yoi, gak biasanya.” ucap Sonny.
“Kepo kalian! Udah yok ke kelas.” ajak Farrel.
Dari hari ke hari Farrel dan Ivone semakin dekat, mereka sudah
seperti sepasang kekasih, namun sampai saat ini mereka belum resmi
berpacaran. Entah kenapa Farrel belum juga menyatakan perasaannya kepada
Ivone. Ivone padahal sudah menanti saat-saat Farrel menyatakan
perasaannya.
“Kapan ya Farrel nembak gue? Apa ini cuma harapan kosong? Apa gue terlalu berharap lebih? Tuhan aku bingung sama perasaan aku!”
“Kapan ya gue siap nyatain semua ini? Rasa yang udah gue pendem selama
bertahun-tahun. Ivone sekarang lagi sendiri, tapi kenapa gue masih gak
berani? Help me God!”
“Heii Ivone!!” teriak Sonny saat pulang sekolah.
“Heii Son!! Apa kabar nih? By the way mana Farrel?” tanya Ivone.
“Baiik kok. Hmm gak tahu deh hari ini dia gak masuk.”
“Gak masuk?? Gara-gara?? Pantes kemaren gue sms gak bales.”
“Sakit mungkin gak tahu deh?”
“Farrel aneh, gue ntar ke rumahya deh.”
“Ikut gue yuk!”
“Ke mana??”
“Tempat Farrel.”
“Loh? Emang lo tahu dia di mana??”
“Tahu, nih dia baru aja sms katanya suruh ajak lo ke sana.”
“Iya deh yuk!”
Sampai di tempat Sonny pergi meninggalkan Ivone sendiri.
“Tungguin aja si Farrel, gue duluan ya!”
“Iya deh, thanks udah nganterin gue ke sini.”
Ivone melihat sekeliling jalanan sepi ini. Gue kayaknya pernah ke
sini, kapan ya? Lupa gue. Oh! Waktu ujan satnight waktu itu! Waktu itu
ujan gede dan.. gue pelukan sama Farrel di mobil!! OMG pengen deh
peristiwa itu keulang lagi!! Saat Ivone flashback kejadian manis
baginya, ada anak kecil menghampirinya.
“Hallo kakak cantik! Ini ada bunga buat Kakak!” ucap anak kecil itu lalu pergi.
“Makasih ade.” ucap Ivone lalu melihat bunga mawar yang ada di tangannya. Dari siapa ya? Farrel kah? Mana sih dia?? Lama banget!
“Hai Kakak cantik, ada boneka buat Kakak.” seru anak kecil tapi bukan anak kecil yang tadi memberikan bunga.
“Makasih ade. Ya ampun!! Boneka teddy bear kesukaan aku!!” seru Ivone lalu memeluk boneka itu.
“Hai Kakak cantik ada sesuatu nih buat Kakak.” ucap Farrel.
“Makasih.. Farrel!! apa ini?” tanya Ivone.
“Buka aja.”
Ternyata Farrel memberikan lukisan karyanya sendiri, gambar wajah Ivone.
“Ya ampun!! Bagus banget Rel!! Thanks buat semuanya.” seru Ivone sambil tersenyum.
“Tapi masih ada lagi, Von.”
“Apa lagi?”
“lihat ke sana.”
Ivone melirik ke arah kanannya. Di sana ada 2 burung merpati putih dalam 1 sangkar.
“Wah, keren merpatinya!”
“gue pengen kita bisa kayak merpati itu.”
Ivone terdiam mendengar ucapan Farrel. Ia melirik ke arah Farrel. Ternyata Farrel berlutut di hadapannya.
“Farrel! lo apa-apaan? Bangun!”
“Aku cowok biasa, bukan cowok sempurna yang bisa bahagiain kamu, Von.
Tapi aku pengen bisa ngebuat kamu tersenyum, merasa aman, damai. Aku
cuma punya cinta sejati buat kamu. Cinta aku gak akan pernah pudar
ataupun mati. Gak ada orang lain di hati aku, selain kamu, Ivone
Christine. Maukah kamu menjadi seseorang yang berharga di hidupku?”
Ivone terharu mendengar kata-kata Farrel. hatinya merasa sangat bahagia. Farrel sekarang menyatakan perasaan itu.
“Aku juga cuma wanita biasa. Aku juga bukan orang yang sempurna, Rel.
Aku nggak punya apa-apa, aku nggak bisa ngebuat orang lain bahagia. Aku
bisanya nyusahin orang termasuk kamu. Tapi aku mau belajar jadi dewasa,
aku mau ngebuat orang lain bahagia termasuk kamu. Kamu awalnya hanya
Kakak bagi aku, tapi semakin hari aku sadar kamu bukan hanya sekedar
Kakak buat aku, kamu lebih dari itu. Kamu ada waktu aku sedih, waktu aku
kesepian. Di saat aku ngerasa aku gak punya siapa-siapa, kamu sadarin
aku kalau aku masih punya kamu. Dan aku mau jadi orang yang bakal kamu
buat aman, damai, aku mau, Rel!!”
Farrel nggak nyangka sama jawaban Ivone, ternyata Ivone punya
perasaan yang sama dengan dirinya. Kini, semua telah menjadi kenyataan.
Farrel dan Ivone berpelukan, mereka sangat merasa bahagia hari itu. Dan
ternyata Farrel itu romantis! Dia emang sangat-sangat beda dari cowok
yang lain. Aku rasa semua ini lebih romantis dari Rose dan Jack di
Titanic. “Aku nggak akan pernah lepasin Farrel, nggak akan!! Thanks for
everything God!! I’m so happy today!!”
“Thanks God, setelah mengumpulkan keberanian buat hari ini ternyata
semua gak sia-sia. Aku nggak akan lepasin Ivone! Aku janji bakal ngebuat
hari-harinya penuh senyuman, nggak akan aku biarin dia ngeluarin air
matanya setetes pun! Dan, hari ini adalah hari terindah, gak akan pernah
tergantikan!!”
Cerpen Karangan: Helena Yasinta Kartikasari
Facebook: www.officialhelenayasinta.blogspot.com