A. Filsafat Pendidikan
Bila
dirujuk dari akar kata pembentuknya, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Philo yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom).
Dengan demikian, filsafat dapat diartikan sebagai “cinta kepada
kebijaksanaan”. Berfilsafat dengan demikian juga bertujuan hanya untuk
mencari, mempertahankan dan melaksanakan kebenaran/kebijaksanaan atau ditujukan
untuk kebenaran itu sendiri, berfilsafat tidak bertujuan untuk ketenaran,
pujian, kekayaan, atau yang lainnya. Inilah yang kemudian dikenal dengan
tradisi pemikiran filosofis Yunani yaitu suatu pemahaman atas
“kebenaran-kebenaran pertama” (first truth), seperti baik, adil dan
kebenaran itu sendiri, serta penerapan dari kebenaran-kebenaran pertama ini
dalam problema-problema kehidupan. Namun dalam perkembangannya, pengertian ini
banyak ditolak oleh filosof-filosof yang lainnya dengan lebih meyakini filsafat
sebagai pemikiran “teoretik” secara keseluruhan daripada sekadar perhatian
kepada petunjuk moral atau tingkah laku.
Untuk
lebih membenantu memahami filsafat, tentunya dapat dilihat dari tugas filsafat
yang paling mendasar yaitu untuk menemukan konsep-konsep yang biasa kita
gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam ilmu pengetahuan, lalu menganalisisnya
dan menentukan makna-makna yang tepat dan saling berhubungan. Artinya,
pengetahuan yang jelas dan akurat tentang sesuatu didahulukan atas hal-hal yang
secara umum masih kabur. Ketiadaan pengetahuan yang jelas tentang arti dan
hubungan-hubungan dari konsep-konsep yang kita gunakan, akan menjerumuskan kita
kepada kekeliruan yang fatal dalam menghadapi persoalan-persoalan (masalah)
tertentu. Selain itu, filsafat juga bertugas untuk membongkar secara kritis
segala bentuk keyakinan-keyakinan yang kita miliki secara radikal, universal,
konseptual, sistematik, bebas dan bertanggung jawab.
Beberapa
definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filsuf berikut ini, mungkin akan
lebih membantu untuk menafsirkan dan menjelaskan mengapa filsafat pendidikan dipelajari:
1)
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini merupakan arti yang
informal tentang filsafat. Filsafat dianggap sebagai sikap atau kepercayaan
yang ia miliki.
2)
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang sangat kita junjung tinggi. Pengertian filsafat ini merefleksikan
bentuk atau tugas dari filsafat kritik, khususnya dalam mengkritisi keyakinan-keyakinan
dalam kehidupan kita sehari-hari.
3)
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Inilah yang
menjadi tugas dari filsafat spekulatif dalam usahanya mentransendensikan
pengalaman-pengalaman dan ilmu pengetahuan dalam visi atau gambaran yang
komprehensif.
4)
Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti
kata dan konsep. Pengertian ini termasuk dalam kategori kerja filsafat kritik
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa filsafat mempunyai tugas menganalisis
konsep-konsep seperti substansi, gerak, waktu, dan sebagainya.
5)
Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat
perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Pengertian ini pada prinsipnya berada dalam pemikiran para filsuf dalam rangka
menjawab berbagai problematika kehidupan dan tentunya terus berlangsung tanpa
mengenal titik lelah (Widodo, 2007: 9)
Cabang-Cabang Filsafat
1) Ontologi
Ontologi
atau sering juga disebut metafisika (meta = melampaui, fisik = dunia
nyata/fisik) adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat segala
sesuatu yang ada, atau membahas watak yang sangat mendasar (ultimate)
dari benda atau realitas yang berada di belakang pengalaman yang langsung (immediate
experience).
Ontology
berbicara tentang segala hal yang ada, pertanyaan-pertanyaan yang akan
dibongkarnya tidak terbatas, misalnya apakah hakikat ruang, waktu, gerak,
materi, dan perubahan itu? Apakah yang merupakan asal mula jagad raya ini? Dan
lain sebagainya. Kaitannya dengan pendidikan, ontologi ilmu pendidikan membahas
tentang hakikat substansi dan pola organisasi Ilmu pendidikan
2) Epistemologi
Epistemologi
adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode, dan
sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang mendasar adalah: Apakah mengetahui itu?
Apakah yang merupakan asal mula pengetahuan kita? Bagaimana cara kita
mengetahui bila kita mempunyai pengetahuan? Bagaimanakah cara kita memperoleh
pengetahuan? Dan lain sebagainya. Dengan demikian, epistemologi membahas
tentang hakikat objek formal dan material ilmu pendidikan
3) Aksiologi
Aksiologi
berbicara tentang nilai dan kegunaan dari segala sesuatu terkait dengan kaidah
moral pengembangan penggunaan ilmu pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi ilmu
pendidikan, membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoretis dan praktis ilmu
pendidikan
4) Logika
Logika
merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar
dengan aturan-aturan tersebut dapat diambil kesimpulan yang benar. Dengan kata
lain logika adalah pengkajian yang sistematis tentang aturan-aturan untuk
menguatkan premis-premis atau sebab-sebab mengenai konklusi aturan-aturan itu,
sehingga dapat kita pakai untuk membedakan argument yang baik dan yang tidak
baik.
Logika
dibagi dalam dua cabang utama, yaitu logika deduktif dan logika induktif.
Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat dipergunakan untuk
menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari satu premis tertentu
atau lebih, sedangkan logika induktif mencoba menarik kesimpulan tidak dari
susunan proposisi-proposisi melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang
diamati. Logika ini mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang
diamati secara khusus menuju kepada pernyataan yang bersifat umum mengenai
semua fakta yang bercorak demikian, atau bergerak dari suatu perangkat akibat
tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar